Laman

Jumat, 20 April 2012

Emansipasi = Kehancuran Perempuan?


Dear Friends,
Assalamu alaikum wr wb.

Pa Kabar?  Aku dan keluargaku baik semua.  Alhamdulillah.  Kamu tau, khan? Setiap tanggal 21 April, perempuan Indonesia merayakan hari Kartini.  RA Kartini tuh... adalah perempuan ningrat yang telah memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi dari kungkungan adat budaya kraton.  Berdasarkan budaya kraton jaman dulu, seorang anak gadis akan memasuki masa “pingitan” pada usia 12 tahun.  Aturan yang mengharuskan seorang perempuan tinggal di rumah dan menunggu dilamar oleh seorang lali-laki.   Tidak boleh lagi menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan nikmati kehidupan bebas layaknya anak-anak dan remaja putri jaman sekarang.  Pokoknya ga boleh maju seperti perempuan Belanda pada masa dulu.

Dear Friends, 

Aku tidak bisa mengingkari bahwa perjuangan Kartini telah membuat perempuan di Indonesia bisa berkiprah di hampir semua bidang. Aku juga menikmati hasil perjuangannya loh.....  Namun, Islam telah menetapkan dengan jelas mana yang menjadi hak dan kewajiban perempuan dan mana yang menjadi hak dan kewajiban lelaki. Untuk hal ini muslimah tidak perlu memperjuangkannya lagi. Tidak ada lagi aturan yang maha benar selain aturanNya, bukan? Islam menyatakan bahwa pencari nafkah dan pemimpin keluarga adalah suami dan seorang istri tidak diwajibkan mencari nafkah.  Sekali lagi tidak diwajibkan mencari nafkah!


Dear Friends, 

Menurutku, hasil perjuangan Kartini bukan hanya bisa dinikmati oleh kaum perempuan tetapi juga kaum lelaki. Pendapatku yang paling ekstrim adalah bahwa hasil dari perjuangan Kartini sebenarnya dinikmati lebih oleh kaum lelaki. Kok bisa? Coba kita perhatikan. Lelaki tetap dengan eka fungsi nya -kepala rumah tangga. sedangkan fungsi perempuan malah menjadi dwi  fungsi (ibu rumah tangga, pencari nafkah) bahkan mungkin multi fungsi (ibu rumah tangga, pencari nafkah dan pemimpin keluarga). Capeeeekkk deeehhhhh..... #sambiltepokjidat#.  Nah, sebagai pencari nafkah inilah yang sangat dinikmati oleh kaum lelaki. “Untung istriku punya pekerjaan coba kalau tidak”, begitu ucapan yang sering terdengar. Iya, khan...?


Dear Friends,

Namun, sadarkah kita semua bahwa selain mendatangkan kebaikan, emansipasi itu juga mendatangkan kehancuran? Seperti yang aku sebut duluan bahwa aturan tertinggi adalah aturan Allah tetapi manusia sering melupakannya. Manusia lebih banyak memaksakan kehendaknya daripada menuruti perintah Allah. Belakangan ini, banyaknya kaum perempuan yang berpenghasilan jauh lebih besar dari suaminya. Masak salah sih....?  Ya, gak lah.....!!! Tidak salah pula kalau istri ingin membantu meringankan tugas dan tanggung jawab suaminya. Semuanya bernilai ibadah. Namun, banyak kaum istri yang kebablasan menyikapinya sehingga hak dan kewajiban suami istri bertukar tempat. Istri menjadi lebih berkuasa dan suami menjadi memble. Nah, yang begini ini yang Allah tidak meridhoi.   Kalau Allah tidak meridhoi, tunggulah azabNya dan tunggulah kehancuran rumah tangga itu. 
Tak terhitung banyaknya kehancuran rumah tangga akibat dari istri tidak lagi menghormati suaminya.  Istri bisa menyediakan apa yang tidak bisa disediakan suaminya, sehingga istri merasa berhak memutuskan apa saja dalam keluarganya.  Suami menjadi kalah suara, hilang percaya diri, dan memble.....  Akhirnya ungkapan “Terserah mama aja deh....”  tidak asing terdengar oleh istri dan anak-anak.  Anak-anakpun akhirnya mengerti bahwa bahwa pemimpin keluarga  dan yang punya duit adalah ibu.   Akhirnya....., hormat kepada ayahpun terlupakan.  Inilah contoh kemudaratan dalam keluarga dan masih banyak lagi contoh lainnya.   Inilah yang dibenci oleh Allah, hak dan kewajiban suami dan istri sudah bertukar tempat. Sedih ya.... Sia-sia banget....!  Hidup berumah tangga... tapi ga bisa mendapat amal ibadah.  


 Dear Friends,

Bukankah berkeluarga adalah untuk sakinah mawaddah wa rahmah ? Seharusnya kaum lelaki bisa menjaga hak dan kewajibannya  sebaik-baiknya ya.  Kalau tidak,  maka semua ladang amal ibadahnya yang dipersiapkan Allah akan diambil alih oleh perempuan.   Sedangkan untuk para perempuan, mereka harus melakukanlah hak dan kewajiban sesuai aturan Allah dan tidak melewati batas/kebablasan.  Mereka tidak boleh ‘besar kepala’ karena sudah bisa berpenghasilan lebih besar dari suami dan merasa menjadi pahlawan karena bisa mencukupi keluarga.  Bukan itu  hak dan kewajiban perempuan.  Perempuan tidak dituntut untuk melakukan semua itu. Allah juga tidak ridho kalau manusia bertindak diluar batas ketentuanNya.  


Dear Friends,

Demi terhindar dari laknat Allah, seharusnya suami-istri saling mendukung agar hak dan kewajiban masing-masing dapat terlaksana dan ridho Allah mengalir berlimpah membanjiri  keluarga.   Karena emansipasi adalah milik perempuan, maka perempuan harus punya strategi yang cerdas untuk tetap bisa membantu suami dan diridhoi oleh Allah.  Memang ga mudah sih.... Bagiku, tidak ada kata terlambat untuk saling belajar, membuka hati dan pikiran,  berkomunikasi dan saling pengertian agar tercipta keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah.


Dear Friends,

Semoga anak-anak kita dan turunan kita, tidak menjadi orang yang merugi.  Semoga kehidupan perkawinan mereka menjadi amal ibadah yang diterima Allah.  Amiin.
Sampai jumpa lagi.... Bye..


Wassalam wr wb
Temanmu,
Meitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar