Dear Friends,
Assalamu alaikum wr
wb.
Pa Kabar?
Aku dan keluargaku baik semua.
Alhamdulillah. Kamu tau, khan? Setiap
tanggal 21 April, perempuan Indonesia merayakan hari Kartini. RA Kartini tuh... adalah perempuan ningrat
yang telah memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi dari kungkungan adat budaya kraton. Berdasarkan budaya kraton jaman dulu, seorang
anak gadis akan memasuki masa “pingitan” pada usia 12 tahun. Aturan yang mengharuskan seorang perempuan tinggal
di rumah dan menunggu dilamar oleh seorang lali-laki. Tidak boleh lagi menempuh pendidikan yang
lebih tinggi dan nikmati kehidupan bebas layaknya anak-anak dan remaja putri
jaman sekarang. Pokoknya ga boleh maju seperti perempuan Belanda pada masa dulu.
Aku tidak bisa mengingkari bahwa perjuangan
Kartini telah membuat perempuan di Indonesia bisa berkiprah di hampir semua
bidang. Aku juga menikmati hasil perjuangannya loh.....
Namun, Islam telah menetapkan dengan jelas mana yang menjadi hak dan
kewajiban perempuan dan mana yang menjadi hak dan kewajiban lelaki. Untuk hal
ini muslimah tidak perlu memperjuangkannya lagi. Tidak ada lagi aturan yang
maha benar selain aturanNya, bukan? Islam menyatakan bahwa pencari nafkah dan
pemimpin keluarga adalah suami dan seorang istri tidak diwajibkan mencari
nafkah. Sekali lagi tidak diwajibkan mencari
nafkah!
Dear Friends,
Menurutku, hasil perjuangan Kartini bukan hanya
bisa dinikmati oleh kaum perempuan tetapi juga kaum lelaki. Pendapatku yang
paling ekstrim adalah bahwa hasil dari perjuangan Kartini sebenarnya dinikmati lebih
oleh kaum lelaki. Kok bisa? Coba kita perhatikan. Lelaki tetap dengan eka
fungsi nya -kepala rumah tangga. sedangkan
fungsi perempuan malah menjadi dwi fungsi (ibu rumah tangga, pencari
nafkah) bahkan mungkin multi fungsi (ibu rumah tangga,
pencari nafkah dan pemimpin keluarga). Capeeeekkk deeehhhhh..... #sambiltepokjidat#. Nah, sebagai pencari nafkah inilah yang
sangat dinikmati oleh kaum lelaki. “Untung istriku punya pekerjaan coba kalau
tidak”, begitu ucapan yang sering terdengar. Iya, khan...?
Dear Friends,
Namun, sadarkah kita semua bahwa selain
mendatangkan kebaikan, emansipasi itu juga mendatangkan kehancuran? Seperti yang aku
sebut duluan bahwa aturan tertinggi adalah aturan Allah tetapi manusia sering
melupakannya. Manusia lebih banyak memaksakan kehendaknya daripada menuruti
perintah Allah. Belakangan ini, banyaknya kaum perempuan yang berpenghasilan
jauh lebih besar dari suaminya. Masak salah sih....? Ya, gak lah.....!!! Tidak salah pula kalau
istri ingin membantu meringankan tugas dan tanggung jawab suaminya. Semuanya
bernilai ibadah. Namun, banyak kaum istri yang kebablasan menyikapinya sehingga
hak dan kewajiban suami istri bertukar tempat. Istri menjadi lebih
berkuasa dan suami menjadi memble. Nah, yang begini ini yang Allah
tidak meridhoi. Kalau Allah tidak meridhoi, tunggulah azabNya
dan tunggulah kehancuran rumah tangga itu.
Tak terhitung banyaknya kehancuran rumah tangga akibat
dari istri tidak lagi menghormati suaminya.
Istri bisa menyediakan apa yang tidak bisa disediakan suaminya, sehingga
istri merasa berhak memutuskan apa saja dalam keluarganya. Suami menjadi kalah suara, hilang percaya
diri, dan memble..... Akhirnya ungkapan “Terserah mama aja deh....” tidak asing terdengar oleh istri dan
anak-anak. Anak-anakpun akhirnya
mengerti bahwa bahwa pemimpin keluarga dan yang punya duit adalah ibu. Akhirnya....., hormat kepada ayahpun
terlupakan. Inilah contoh kemudaratan
dalam keluarga dan masih banyak lagi contoh lainnya. Inilah yang dibenci oleh Allah, hak
dan kewajiban suami dan istri sudah bertukar tempat. Sedih ya.... Sia-sia
banget....! Hidup berumah tangga... tapi
ga bisa mendapat amal ibadah.
Dear
Friends,
Bukankah berkeluarga adalah untuk sakinah
mawaddah wa rahmah ? Seharusnya kaum lelaki bisa menjaga hak dan kewajibannya sebaik-baiknya ya. Kalau tidak, maka semua ladang amal ibadahnya yang
dipersiapkan Allah akan diambil alih oleh perempuan. Sedangkan
untuk para perempuan, mereka harus melakukanlah hak dan kewajiban sesuai aturan
Allah
dan
tidak melewati batas/kebablasan.
Mereka tidak boleh ‘besar kepala’ karena sudah bisa berpenghasilan lebih
besar dari suami dan merasa menjadi pahlawan karena bisa mencukupi keluarga. Bukan itu hak dan kewajiban perempuan. Perempuan tidak dituntut untuk melakukan semua itu. Allah juga tidak
ridho kalau manusia bertindak diluar batas ketentuanNya.
Dear Friends,
Demi terhindar
dari laknat Allah, seharusnya suami-istri saling mendukung agar hak dan
kewajiban masing-masing dapat terlaksana dan ridho Allah mengalir berlimpah
membanjiri keluarga. Karena emansipasi adalah milik perempuan,
maka perempuan harus punya strategi yang cerdas untuk tetap bisa membantu suami
dan diridhoi oleh Allah. Memang ga mudah
sih.... Bagiku, tidak ada kata terlambat untuk saling belajar, membuka hati dan
pikiran, berkomunikasi dan saling
pengertian agar tercipta keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah.
Dear Friends,
Semoga anak-anak
kita dan turunan kita, tidak menjadi orang yang merugi. Semoga kehidupan perkawinan mereka menjadi
amal ibadah yang diterima Allah. Amiin.
Sampai jumpa lagi....
Bye..
Wassalam wr wb
Temanmu,
Meitri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar